Dalam
sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya Allah
SWT sangat mencintai hamba-Nya yang bertakwa lagi kaya yang menyembunyikan
simbol-simbol kekayaannya (kemewahannya).'' Sering terjadi kesalahan pandangan
dan persepsi di sebagian masyarakat kita bahwa Islam adalah agama yang tidak
mendorong umatnya untuk memiliki kekayaan. Cukuplah umat Islam itu menjadi umat
yang miskin yang tidak menguasai sektor-sektor kehidupan. Umat Islam harus
cukup puas dengan kegiatan di masjid dan di majelis taklim. Sedangkan kegiatan
di sektor-sektor ekonomi, industri, pasar, dan yang lainnya diserahkan kepada
non-Muslim.
Tentu saja pandangan semacam ini sangat berbahaya karena akan mengakibatkan
umat Islam selalu terpinggirkan dan tidak akan mampu menguasai sektor-sektor
strategis yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan. Hadis
tersebut di atas menjelaskan bahwa Allah SWT sangat mencintai orang-orang yang
beriman yang memiliki kekayaan yang didapatkan dengan cara-cara yang elegan,
transparan, dan sportif, yang sesuai dengan norma dan etika Islam. Bukan kekayaan
yang didapatkan melalui cara-cara yang tidak halal seperti kegiatan riba,
menipu, korupsi, dan cara-cara kotor lainnya. Allah SWT berfirman dalam surat
Al-Baqarah 188, ''Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain
dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada
hakim supaya kamu dapat memakan sebagian harta tersebut dengan jalan berbuat
dosa, padahal kamu mengetahui.''
Cukup banyak ayat Alquran dan hadis Rasulullah SAW yang menyuruh umat Islam
untuk kaya. Misalnya ayat-ayat yang memerintahkan untuk bersedekah, berinfak,
berzakat, serta membantu fakir miskin, dan yatim-piatu. Untuk bisa bersedekah
dan berzakat, misalnya, tentu orang yang bersangkutan harus berkecukupan.
Semakin orang itu berkecukupan alias kaya, zakat dan sedekah yang dikeluarkan
tentu akan semakin banyak. Juga hadis Nabi SAW yang menyatakan ''tangan di atas
lebih baik daripada tangan yang di bawah'' dan ''Muslim yang kuat lebih baik
dari Muslim yang lemah''. Semua itu menunjukkan bahwa Islam memerintahkan
umatnya untuk kaya.
Namun, kekayaan atau harta yang didapatkan haruslah dengan cara-cara yang
halal. Kehalalan inilah yang akan mendorong pemiliknya memberikan kebaikan dan
kemanfaatan bagi masyarakat luas. Dan, itulah yang terjadi pada diri sahabat
Nabi Muhammad SAW yang kaya seperti Usman bin Affan dan Abdurahman bin Auf.
Para sahabat tersebut kekayaannya tampak pada sikap mereka di dalam berinfak,
bersedakah, dan berkorban untuk kepentingan agama serta pembangunan masyarakat.
Bukan pada penampakan simbol-simbol kekayaan dan kemewahan yang pada saat ini
dianggap sebagai sebuah kebutuhan, keharusan, dan keniscayaan. Menyembunyikan
simbol-simbol kemewahan pada saat sebagian besar masyarakat sedang menderita,
jelas harus dilakukan, apalagi kemewahan yang berkaitan dengan jabatan seperti
tergambar pada rumah dinas, mobil dinas, dan fasilitas wah lainnya. Sungguh
sangat menyakitkan perasaan masyarakat apabila untuk pakaian dinas seorang
kepala daerah saja sampai menghabiskan ratusan juta rupiah. Wallahu a'lam bis-shawab.
Oleh : KH Didin Hafidhuddin
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.